Translate

Selasa, 08 Mei 2012


Sejarah instrumen musik gitar dapat ditelusuri hingga sejauh ~4,000 tahun yang lalu. Bagaimana evolusi sebuah instrumen musik yang saat ini kita sebut dengan gitar? Simak artikel berikut.

Leluhur Gitar: Kecapi Atau Lira?

Kecapi
Kecapi
Seperti telah disebutkan di atas, sejarah gitar dapat ditelusuri hingga kurang lebih 4,000 tahun yang lalu. Banyak teori berkembang tentang leluhur instrumen musik gitar. Teori paling populer adalah bahwa alat musik gitar berevolusi dari instrumen kecapi (english: lute, arab: oud). Kecapi adalah instrumen musik yang berasal dari negeri Moor yang berbudaya Arab. Kecapi pertama kali diperkenalkan di Eropa melalui Spanyol, aslinya kecapi adalah alat musik petik berleher pendek tanpa fret dan memiliki badan besar dengan banyak string. Di kemudian hari orang Eropa menambahkan fret dan memberinya nama lute berasal dari kosakata Arab al'ud yang berarti kayu.
Lira
Lira
Teori kedua yang berkembang tentang leluhur gitar adalah teori yang mengatakan bahwa gitar berasal dari alat musik lira (english: lyre, greek: khitara). Lira adalah alat musik yang sangat populer di peradaban Yunani kuno, berupa alat musik petik berbentuk seperti tanduk untuk meregangkan string dan berbadan bulat yang terbuat dari cangkang kura-kura. Alat musik harpa termasuk ke dalam keluarga instrumen ini. Teori ini didasarkan akan kemiripan nama antara khitara dengan guitarra yaitu sebuah kosakata Spanyol darimana kata guitar (gitar) berasal.
Namun sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Michael Kasha pada tahun 1960-an mementahkan semua teori tersebut. Uniknya Dr. Michael Kasha adalah seorang fisikawan dan ahli kimia yang mendirikanInstitute of Molecular Biophysics, Florida State University (FSU), namun memiliki ketertarikan sangat besar terhadap instrumen musik gitar.
Dr. Michael Kasha menyatakan adalah sangat aneh jika instrumen gitar (yang pada awalnya memiliki 4 string) berasal dari alat musik lira yang cenderung berbentuk kotak dan memiliki 7 string. Beliau justru mengemukakan bahwa gitar kemungkinan diturunkan dari leluhur yang sama dengan lira, bukan dari lira itu sendiri. Kata khitara berasal dari kosakata Persia chartar yang telah dipengaruhi budaya helenistik semasa penaklukan Alexander The Great.

Tinjauan Arkeologis

Alat musik petik yang pertama yang dikenal oleh para ahli arkeologi adalah harpa mangkuk dan tanbur. Telah diketahui bahwa sejak jaman prasejarah manusia telah membuat bunyi-bunyian dengan menggunakan sebuah harpa sederhana yang terbuat dari cangkang kura-kura dan buah labu sebagai resonator dan sebentuk leher melengkung untuk mengaitkan satu atau lebih string.
Lira Ratu Shub-Ad dari Ur
Lira Ratu Shub-Ad dari Ur
Alat musik sejenis ini telah banyak ditemukan dan beberapa yang tertua berasal dari peradaban Sumeria, Babilonia dan Mesir kuno. Sekitar tahun 2,500-2,000 SM mulai bermunculan instrumen-instrumen musik dari jenis lira yang lebih canggih, seperti lira 11 string yang didekorasi oleh hiasan emas. Salah satunya adalahLira Ratu Shub-Ad yang ditemukan di Ur, berasal dari peradaban Sumeria kuno.
Sedangkan tanbur didefinisikan sebagai alat musik petik berleher panjang dan memiliki badan bulat yang kecil yang biasanya terbuat dari kayu. Diperkirakan alat musik ini berkembang dari harpa mangkuk dengan memodifikasi lehernya yang dibuat lebih panjang untuk menjangkau notasi musik yang lebih luas. Sebuah lukisan dinding yang ditemukan di Thebes, Mesir dari sekitar 1,420 SM menunjukkan sekelompok musisi yang memainkan harpa dan tanbur bersama dengan alat musik lain seperti flute dan perkusi.
Lukisan Tembok Sekelompok Musisi dari Thebes
Lukisan Tembok Sekelompok Musisi dari Thebes
Selain itu para arkeologis juga menemukan beberapa lukisan serupa yang berasal dari kebudayaan Persia an Mesopotamia. Beberapa instrumen yang terlukis bahkan masih dapat dijumpai saat ini dalam bentuk alat-alat musik tradisional masyarakat Turki, Iran, Afghanistan dan Yunani.

Instrumen Mirip Gitar Tertua Yang Masih Utuh

Instrumen mirip gitar tertua yang masih utuh dan ditemukan di jaman modern ini adalah sebuah tanbur berusia sekitar 3,500 tahun milik seorang musisi Mesir bernama Har-Mose. Sekitar tahun 1,503 SM, Har-Mose bekerja untuk seorang arsitek kenegaraan bagi Ratu Mesir saat itu (Ratu Hatshepsut), bernama Sen-Mut. Tanbur Har-Mose ikut dikuburkan bersama pemiliknya yaitu di sebuah komplek pemakaman sang ratu di tepi sungai Nil.
Tanbur Har-Mose ini adalah sebuah instrumen musik petik yang memiliki 3 senar dan memiliki badan yang terbuat dari kayu cedar. Saat ini disimpan di Archaeological Museum, Kairo, Mesir.
Tanbur Har-Mose
Tanbur Har-Mose

Definisi Gitar

Setelah meninjau beberapa kemungkinan mengenai leluhur instrumen gitar, maka ada baiknya kita pahami terlebih dahulu apa sebenarnya definisi gitar. Menurut Dr. Kasha, gitar didefinisikan sebagai "instrumen musik petik bersenar, berleher panjang dengan fret, dan memiliki badan gitar yang rata di bagian belakang (biasanya terbuat dari kayu) yang memiliki bentuk melengkung di tepinya".
Gambaran instrumen musik tertua yang memiliki semua persyaratan tersebut muncul dalam sebuah gambar berupa pahatan di batu berusia 3,300 tahun dan berasal dari kebudayaan Hittite di Alaca Huyuk, Turki.
Gitar Hittite
Gitar Hittite

Gitar Modern

Menurut Dr. Michael Kasha, gitar modern yang kita kenal saat ini pada awalnya adalah terdiri dari 4 senar. Gitar 4 senar ini tiba di Spanyol dari Persia pada sekitar abad ke-12, dinamakan chartar yang secara harfiah berarti empat senar (char: empat; tar: senar). Jika ditelusuri lebih jauh dari tinjauan bahasa, kata tarberasal dari bahasa Sansekerta yang dipakai di daerah India, terutama di daerah utara. Salah satu sepupu dari chartar ini adalah instrumen yang kita kenal dengan nama sitar, yaitu sebuah alat petik 3 senar yang juga populer di budaya-budaya kedaerahan Indonesia.
Chartar Persia
Chartar Persia
Seiring perkembangan waktu, alat musik chartar ini telah mengalami banyak modifikasi-modifikasi oleh manusia modern. Gitar mengalami banyak perubahan selama masa Renaissance di Eropa pada abad ke-14 sampai 17.
Di pertengahan masa Renaissance yaitu sekitar abad ke-16, terdapat sebuah bentuk modifikasi dari chartar yang memiliki 5 senar. Gitar lima senar ini pertama kali dibuat di Italia dan menjadi dominan digunakan dalam acara-acara resital musik. Sama seperti kecapi di waktu itu, gitar hanya memiliki 8 buah fret.
Gitar Antonio Stradivarius 5 Senar (1680)
Gitar Antonio Stradivarius 5 Senar (1680)
Gitar 6 senar juga dibuat pertama kali di Italia pada sekitar abad ke-17, di akhir masa Renaissance. Kemudian setelah itu seluruh Eropa beramai-ramai mengadopsi bentuk ini, dan diciptakanlah banyak aransemen musik yang berdasar pada gitar 6 senar.
Gitar George Louis Panormo 6 Senar (1832)
Gitar George Louis Panormo 6 Senar (1832)
Dari segi bentuk, gitar di masa lalu berukuran relatif kecil dan memiliki badan gitar yang ramping. Hingga pada tahun 1859, seorang Spanyol bernama Antonio Torres membuat gitar klasik yang berukuran lebih besar dan merubah proporsinya. Desain Antonio Torres ini diterima sebagai standar pembuatan gitar modern hingga hari ini.
Gitar Antonio Torres (1859)
Gitar Antonio Torres (1859)

Gitar Elektrik

Gitar yang menggunakan senar kawat (steel string) pertama kali diperkenalkan oleh seorang imigran asal Jerman di Amerika Serikat bernama Christian Fredrich Martin pada sekitar tahun 1900-an. Berdasarkan penemuan ini gitar mengalami modifikasi lebih jauh menuju ke arah gitar elektrik, yang dilakukan olehOrville Gibson (pendiri Gibson Guitar Corporation) dan rekannya Lloyd Loar.
Gitar elektrik pada mulanya merupakan solusi bagi kebutuhan para musisi jazz saat itu yang menginginkan bunyi musiknya agar lebih kuat. Gitar elektrik dibuat pertama kali di akhir dekade 1920, namun tidak memperoleh kesuksesan hingga tahun 1936 saat Gibson Guitar Corporation memproduksi gitar elektrik komersial yang pertama bernama Gibson ES-150. Gitar ini diproduksi hingga tahun 1941.
Gitar Gibson ES-150 (1936)
Gitar Gibson ES-150 (1936)

Gitar Terkecil

Para ahli nano-teknologi di Cornell University, AS berhasil membuat gitar terkecil di dunia yang hanya berukuran 10 mikrometer (sama besar dengan ukuran sebuah sel tunggal). Gitar yang terbuat dari kristal silikon ini memiliki 6 senar sepanjang 50 nanometer dan dimainkan dengan cara menembakkan sinar laser ke senar-senar gitar tersebut. Tentu saja gitar ini dibuat bukan untuk para musisi, melainkan hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Nanoguitar: Gitar Terkecil Di Dunia
Nanoguitar: Gitar Terkecil Di Dunia

  1. Sejarah Sistem Waktu
  2. Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa dalam satu hari ada 24 jam, dan dalam satu menit ada 60 detik? Inilah jawabannya.

Sistem bilangan yang paling banyak digunakan manusia saat ini adalah sistem desimal, yaitu sebuah sistem bilangan berbasis 10. Namun untuk mengukur waktu kita menggunakan sistem duodesimal (basis 12) dansexadesimal (basis 60). Hal ini disebabkan karena metode untuk membagi hari diturunkan dari sistem bilangan yang digunakan oleh peradaban kuno Mediterania. Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem jam matahari berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12 bagian. Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa juga didasarkan akan banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak termasuk jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan jempol.
Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan apa yang sekarang kita sebut dengan "jam". Sedangkan pembagian malam menjadi 12 bagian, didasarkan atas pengamatan para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya 12 bintang di langit pada saat malam hari. Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam, maka dengan tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang hari dan panjang malam tidaklah sama, tergantung musimnya (contoh: saat musim panas hari lebih panjang dibandingkan malam). Oleh karena itu pembagian jam dalam satu hari pun berubah-ubah sesuai dengan musimnya. Sistem waktu ini disebut dengan sistem waktu musiman. Pada sekitar tahun 147-127 SM, seorang ahli astronomi Yunani bernama Hipparchus menyarankan agar banyaknya jam dalam satu hari dibuat tetap saja yaitu sebanyak 24 jam, disebut dengan sistem waktu equinoctial. Namun sistem ini baru diterima secara luas oleh saat ditemukannya jam mekanik di Eropa pada abad ke-14.
Eratosthenes (276-194 SM), seorang ahli astronomi Yunani lainnya membagi sebuah lingkaran menjadi 60 bagian untuk membuat sistem geografis latitude. Teknik ini didasarkan atas sistem berbasis 60 yang digunakan oleh orang-orang Babilonia yang berdiam di Mesopotamia, yang jika ditilik lebih jauh diturunkan dari sistem yang digunakan oleh peradaban Sumeria sekitar 2000 SM. Tidak diketahui dengan pasti mengapa menggunakan sistem bilangan berbasis 60, namun satu dugaan mengatakan untuk kemudahan perhitungan karena angka 60 adalah merupakan angka terkecil yang dapat dibagi habis oleh 10, 12, 15, 20 dan 30.
Satu abad kemudian, Hipparchus memperkenalkan sistem longitude 360 derajat. Dan pada sekitar 130 M,Claudius Ptolemy membagi tiap derajat menjadi 60 bagian. Bagian pertama disebut dengan partes minutae primae yang artinya menit pertama, bagian yang kedua disebut partes minutae secundae atau menit kedua, dan seterusnya. Walaupun ada 60 bagian, yang digunakan hanyalah 2 bagian yang pertama saja dimana bagian yang pertama menjadi menit, dan bagian yang kedua menjadi detik. Sedangkan sisa 58 bagian yang lainnya membentuk satuan waktu yang lebih kecil daripada detik.
Sistem waktu ini membutuhkan waktu berabad-abad untuk tersebar luas penggunaannya. Bahkan jam penunjuk waktu pertama yang menampilkan menit dibuat pertama kali pada abad ke-16. Sistem waktu ini digunakan hingga sekarang oleh kita manusia modern.